Selasa, 09 Juni 2015

SkEnArio 1

Awal Bulan Mei Tahun 2014
Empat bulan telah berlalu setelah saya merasakan sakitnya dihianati oleh seorang Laki-laki yang saya kira adalah laki-laki yang akan menemani di masa depan hidupku. Tetapi ternyata Tuhan berkehendak lain untuknya dengan menghadirkan perempuan yang membuatnya harus membagi rasa. Jika saja ia benar-benar mencintaiku, tak mungkin ia akan berbuat demikian. Sakit dan kecewa beradu menjadi satu, menghadirkan kebencian. Dan keputusanku mengakhiri ikatan cinta bersamanya untuk sepenuhnya merelakan dia bersama perempuan lain yang dicintanya. Meskipun hal terpahit bagiku adalah melepaskan orang yang kukasihi. Berharapku semoga ia bahagia dengan pilihan yang tepat.

Setelah kejadian itu, kini saya mulai membuka lembaran baru dengan cerita baru. Aktifitasku pun semakin banyak untuk belajar dan mencari hiburan diluar rumah. Beruntungnya saya masih punya banyak teman-teman yang menemani hari-hariku. Baik teman lama, teman kampus, dan teman se-organisasi. Bercerita tentang organisasi, sekarang ini adalah masa kepengurusan baru, dimana Kak Im adalah Ketua Umum terpilih yang mengangkat saya sebagai Bendahara Umum. Berawal dari itu, kedekatan saya dengan Kak Im mulai terjalin. Setiap hari komunikasi berjalan dan pertemuan pun sering terjadi. Kak Im yang terlihat cerdas dan humoris saat banyak bercerita, terkadang pun membuatku gugup dan tak tahu harus berbuat dan berkata apa lagi saat sedang bersama. Akhir-akhir ini membuatnya sering datang ke rumah adalah karena tugas kuliahnya yang  ia minta bantuan untuk diselesaikan. Dengan senang hati saya pun membantunya mengerjakan tugas itu.

Di setiap sosial media, Kak Im selalu saja hadir mengomentari setiap foto dan status-status yang saya unggah. Fotoku yang telah ia edit pun selalu dikirimnya bersama dengan kalimat-kalimat indahnya. Saya mulai merasakan dan beranggapan bahwa Kak Im mungkin telah memiliki rasa terhadapku, tetapi hal itu tidak terlalu saya pedulikan. Salah seorang teman dekatku pun juga meyakini bahwa benar Kak Im memiliki rasa terhadapku. Hingga pada suatu siang hari, Kak Im mengirimkan pesan bahwa sebentar malam ia akan ke rumah dan ada suatu hal yang mau ia katakan. Saya merasa panik dan cemas. Menebak bahwa suatu hal yang mau Kak Im katakan sebentar malam adalah terkait pengutaraan perasaannya kepadaku.

Malam hari telah tiba dan Kak Im telah tiba di rumah. Seperti hari biasa, kita mengobrol di ruang tamu bersama televisi yang menayangkan serial komedi. Semakin larut malam saya merasa gugup dan panas dingin. Hingga akhirnya Kak Im mulai menyampaikan apa sebenarnya tujuannya datang dan yang ia ingin katakan. Seperti hening, suara televisi pun tak terdengar olehku, pendengaranku hanya fokus tertuju pada suara Kak Im. "Ada mau kubilangiki, tapi jangan sampai setelah kukatakannya ini akan marahki dan tidak seperti meki dengan Ani yang kukenal sebelumnya." kata Kak Im sebelum mengutarakan semuanya. Saya pun menidakkan apa yang ia katakan dan mempersilkannya untuk mengatakan apa yang mau ia katakan. "Yang mau kubilang,... Kalo Kusuka ki." kata Kak Im dengan nada gugup. Bagaikan ditembak pistol tepat didada sebelah kiriku. Rasanya kaku, membeku, sangat gugup dan saat itu bertambah hening membuatku tak mampu mengeluarkan satu katapun. Kembali pandanganku tertuju pada layar televisi dengan pemikiran yang masih mengingat kalimat yang telah Kak Im katakan. Seketika Kak Im meminta selembar kertas yang aku tebak dalam hati akan ia tulis isi hatinya dikertas itu. Setelah memberinya kertaspun pandanganku hanya tertuju pada televisi dan seakan leherku terkunci tak bisa untuk berbalik melihat apa yang Kak Im kerjakan di balik pandanganku. Hingga akhirnya Kak Im berpamitan untuk pulang tanpa jawaban dariku atas rasanya. Dengab sigap kuambil kertas yang terletak diatas meja belajar kecilku, kulihat dan kubaca dengan baik-baik. Tersenyum dan bahagia setelah membacanya, mungkin saya juga telah merasakan sesuatu hal yang sama. Moment ini pada saat hari Jumat malam, 8 Mei 2014.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar